
suarahebat.com, Jakarta -- Baru-baru ini ramai di media sosial soal foto Presiden RI Prabowo Subianto terpampang di sebuah baliho di wilayah Tel Aviv, Israel.
Menariknya, dalam baliho tersebut, foto Prabowo tidak terpasang sendirian, melainkan bersama dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu serta sejumlah pemimpin dunia, termasuk sosok Presiden Amerika Serikat Donald Trump, seolah-olah Indonesia turut bergabung dalam Abraham Accords.
Sekadar informasi, Abraham Accords ditandatangani pada September 2020, yang merupakan normalisasi hubungan diplomatik antara Israel dengan sejumlah negara-negara Arab seperti Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, Sudan, dan Maroko.
Sebetulnya perjanjian ini, meski tujuannya baik, sebagai upaya menuju perdamaian di Timur Tengah, namun ia tidak luput dari kritikan lantaran dianggap mengabaikan perjuangan rakyat Palestina dan lebih menekankan kepentingan geopolitik dan ekonomi pihak tertentu.
Soal keberadaan foto Prabowo dalam baliho tersebut, belakangan dikonfirmasi Juru Bicara Kementerian Luar Negeri RI, Yvonne Mewengkang. Ia menegaskan bahwa Indonesia tidak terlibat dalam pemasangan baliho yang menampilkan Presiden Prabowo.
"Posisi Indonesia sangat jelas bahwa tidak akan ada pengakuan dan normalisasi dengan Israel baik melalui Abraham Accords atau platform lainnya, kecuali Israel terlebih dahulu mau mengakui negara Palestina yang merdeka dan berdaulat," tegas Yvone, dikutip dari Metro TV, Selasa (30/9).
Lantas, apa yang bisa dimaknai dari kehadiran foto Prabowo dalam baliho tersebut?
*Diplomasi Politik*
Beredarnya foto Prabowo di baliho tersebut tentu menimbulkan beragam persepsi baik dalam negeri maupun publik internasional.
Sebab, sejak dulu Prabowo dinilai tegas soal keberpihakannya terhadap kemerdekaan Palestina. Dengan munculnya foto sang jenderal itu di antara sejumlah pemimpin negara yang pro Israel, jelas ini menimbulkan tanda tanya besar. Ada apa dengan Prabowo?
Fenomena ini pada akhirnya tidak sekadar dapat dibaca sebagai bagian dari ekspresi politik simbolik, tapi juga mempunyai dimensi diplomasi yang mendalam.
Dalam konteks hubungan internasional, simbol, baik dalam baliho, mural, maupun publikasi visual, sering kali dianggap lebih kuat dalam menyampaikan pesan politik dibanding pernyataan formal.
Kaitannya dengan momentum tersebut, maka menempatkan sosok Prabowo dalam deretan kelompok pro Israel adalah sebuah pesan penting bahwa Indonesia kini telah berada di belakang negara yang membombardir warga Gaza, Palestina tersebut.
Padahal, jika menengok kembali sejarah, Indonesia, sejak awal berdiri, selalu memegang teguh prinsip mendukung kemerdekaan Palestina dan menolak segala bentuk penjajahan.
Prinsip ini bahkan ditegaskan dalam Pembukaan UUD 1945 dan berulang kali diungkapkan dalam forum internasional.
Namun demikian, di bawah kepemimpinan Prabowo Subianto, ruang interpretasi itu seakan terbuka untuk didialogkan kembali.
Bahwa Indonesia tidak menutup pintu bagi mekanisme diplomasi konstruktif, termasuk dalam hal ini diplomasi simbolik, untuk mendorong terciptanya perdamaian dunia, khususnya yang ada di kawasan Timur Tengah.
Baliho yang menampilkan Prabowo berdiri berdampingan dengan para pemimpin dunia itu seolah menegaskan bahwa Indonesia memiliki posisi unik dan penting.
Meskipun bukan menjadi pihak yang terlibat langsung dalam konflik, keberadaan Indonesia tetap memiliki kredibilitas moral, politik, dan historis yang tidak bisa dikesampingkan dalam percaturan politik tingkat dunia.
Ketimbang melihatnya dari sisi negatif, barangkali perlu untuk melihatnya dari sudut pandang lain, di mana keberadaan foto Prabowo di ruang publik Israel itu menandakan upaya "soft entry" diplomasi, yakni menanamkan kesan bahwa peran Indonesia di kancah global diakui dan dihormati bahkan oleh pihak yang selama ini sulit dijangkau.
*Peran Indonesia dalam Misi Perdamaian*
Kemunculan sosok Prabowo dalam baliho di Tel Aviv juga memperlihatkan bagaimana komunitas internasional memandang strategisnya kehadiran Indonesia di kawasan yang selama puluhan tahun dilanda konflik berkepanjangan.
Beberapa alasan barangkali penting untuk dikemukakan di sini mengenai poin tersebut.
Pertama, dari sisi legitimasi moral dan historis. Semua orang tahu bahwa Indonesia memiliki jejak historis yang sangat kuat soal relasi dengan Palestina.
Hal itu dimulai sejak era Presiden Sukarno yang konsisten mendukung kemerdekaan Palestina. Dukungan ini tidak hanya retorika belaka. Sukarno menunjukkan komitmen dukungannya dalam berbagai forum internasional, mulai dari Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), Gerakan Non-Blok, hingga Sidang Umum PBB.
Konsistensi ini menjadikan Indonesia memiliki andil besar dalam membangun kepercayaan kepada dunia Arab dan negara-negara Muslim dunia.
Belakangan, kehadiran Prabowo dalam baliho di Tel Aviv justru semakin meneguhkan posisi dan legitimasi tersebut: bahwa Indonesia bisa hadir di tengah-tengah Israel, tanpa kehilangan kredibilitasnya di mata Palestina.
Kedua, kekuatan politik luar negeri Indonesia yang bebas-aktif juga menjadi alasan mengapa Indonesia sangat leluasa dalam memberikan pengaruh dan dukungan terhadap diplomasi perdamaian dunia.
Politik luar negeri Indonesia tidak berpihak secara mutlak pada blok-blok tertentu, melainkan selalu mengedepankan pencarian solusi damai dan keseimbangan.
Prinsip bebas-aktif inilah yang membuat Indonesia mampu menjalin komunikasi dengan berbagai pihak, termasuk negara-negara yang seringkali berseberangan secara politik.
Dalam poin ini, Prabowo sebagai sosok presiden Indonesia yang disegani di kancah internasional, bahkan sekelas Donald Trump, diposisikan sebagai pemimpin yang membawa semangat moderasi, keseimbangan, dan keterbukaan terhadap berbagai pendekatan diplomasi.
Ketiga, kapasitas Indonesia sebagai negara demokrasi besar dunia serta negara dengan mayoritas Muslim di dunia merupakan modal penting dalam misi perdamaian internasional.
Modalitas itu sekali lagi, menjadikan Indonesia memiliki daya tawar istimewa sebagai mediator, mampu diterima oleh Palestina karena ikatan keagamaan dan solidaritas historis, serta dapat diterima oleh Israel karena rekam jejak demokrasi, keterbukaan, dan orientasi pada solusi saling menguntungkan.
Akhirnya, apa yang bisa dibaca dari munculnya baliho Prabowo di Tel Aviv, tak lain dan tak bukan, merupakan gambaran simbolik bahwa Indonesia siap mengambil peran lebih proaktif dalam misi pedamaian Israel-Palestina.
*Penulis adalah Ketua Umum Ikatan Median Online (IMO) Indonesia*
Wilmar Buka Suara Usai Kejagung Sita Rp 11,8 T di Kasus Minyak Goreng
Ribuan Warga Australia Menanti Dievakuasi dari Iran-Israel
Ribuan Massa AMMP Kepung Kantor Gubernur Riau, Tolak Relokasi Kawasan TNTN
Truk ODOL Bandel Masih Berkeliaran di Pekanbaru, Dishub dan Polda Riau Beri Peringatan
Ida Yulita Diduga Rugikan Negara Rp704,9 Juta, GEMMPAR Siap Gelar Aksi di Depan Kajari
Pengacara Syafrizal Andiko, S.H., M.H. Menangkan Perkara Perdata Suparman melawan Ferry Kamsul atas Sengketa Tanah dan Rumah di Kampar
Ketua Umum FPKB Sindir Keras Demo Sepi Pendukung: “Lebih Baik Bikin Kegiatan Bermanfaat dari pada Hanya cari sensasi
Perkumpulan Doktor Nias Indonesia - PDNI, Menyatakan Sikap Toleransi & yg Kekerasan Oknum di Padang Sarai Sumatera Barat
Pengusaha Terkenal Di Riau DEDI HANDOKO ( DH ) Meninggal Dunia,Dirumah sakit Awal Bros
INISIATOR: Satu Tahun Pemerintahan Prabowo Menunjukkan Kepemimpinan yang Visioner
Komisi II Dorong Realisasi Pembangunan Gudang Bulog di Daratan Bengkalis
Waka I DPRD Kabupaten Bengkalis siap Perjuangkan dan Mengawal Usulan Warga Yang Menjadi Skala Prioritas